Senin, 14 September 2015



THE LITTLE SINGER’S
            Hai guys perkenalkan namaku Chintya Saskia Amanda Putri. Kepanjangan ya? Ok panggil saja aku Amanda. Aku punya 2 kakak namanya Kak Citra dan Kak Lina. Mereka semua perempuan dan sudah besar. Kak Citra sudah kuliah semester 5, sedangkan kak Lina kelas 2 SMA. Sedangkan aku? Yups aku kelas 6 SD. Oh iya aku tinggal di kota yang lumayan besar yang bernama Big Baloon City. Yaps diberi nama Baloon karena kotaku berbentuk oval seperti balon. Kita sebut saja kotaku sebagai BBC. Ok kita lewati bagian perkenalan ini.

           
              Aku adalah seorang anak dari keluarga penyanyi. Bukan keluarga penyanyi juga sih, tapi kak Citra adalah seorang penyanyi terkenal. Sedangkan papaku adalah seorang composer terkenal yang juga merupakan manager sekaligus pencipta lagu-lagu yang dinyanyikan Kak Citra. Mamaku mempunyai tempat les music. Sedangkan Kak Lina adalah salah satu anggota paduan suara sekolah. Dan aku? Aku paling benci dengan music. Karena menurutku music hanya membuat telingaku sakit dengan nada nada yang menurutku enggak jelas. Selain itu, disekolah nilai music dan menyanyiku selalu dapat nilai C-. kalo aku sih pasrah aja dengan nilai yang aku peroleh. Tapi keluargaku selalu menuntutku untuk bisa music. Katanya sih minimal aku harus bisa menyanyi. Huh… itu bikin aku sebal. Untung aku punya 3 sahabat setia yang mengerti tentang keadaanku ini. Mereka bernama Bella, Dea dan Dias. Mereka adalah sahabat sahabat baikku.

            Suatu hari, guru musikku Bu Ani memberikan catatan lagu baru yang berjudul ‘Amazing Singer’s’. lagu ini mengisahkan tentang perjuangan menyanyi seseorang yang awalnya sangat tidak menyukai music tapi akhirnaya menjadi legenda music dunia. “Apa? Lagu baru lagi?” aku berteriak spontan yang mengakibatkan seluruh kelas melihatku bersamaan. Termasuk Bu Ani yang sedang mancatat lagu di papan tulis. Bu Ani memalingkan muka kepadaku kemudian berkata “Ini memang lagu yang mungkin enggak akan kamu suka. Tapi ini lagu pendek. Ya sudah cepat tulis lagu ini!” “Baik bu.” Jawabku lesu. Dias yang melihatku tau bagaimana perasaanku. Setelah mencatat lagu, aku segera berlari keluar kelas karena sudah selesai. Aku pulang berjalan kaki karena jarak rumah dan sekolahku lumayan dekat. Setelah sampai dirumah aku segera naik kedalam kamarku dan berganti baju dan segera turun untuk bersantai di ruang keluarga. “Hai Via. Gimana kamu disekolah. Mama liat di jadwal pelajaranmu hari ini ada pelajaran seni music ya?” “Kok mama tahu sih kalo aku hari ini ada seni suara?” “Mama liat dikamarmu.” “Tuh kan. Mama masuk kamarku lagi.” “Memangnya kenapa? Enggak boleh?” “I..iya boleh sih. tapi jangan seenaknya dong.” “Iya iya. ya sudah ayo duduk sini sama mama.” Aku segera duduk disebah mama. Saat aku sedang bercanda dengan mama, tiba-tiba Kak Lina datang sambil bernyanyi lagu yang berjudul ‘My Love Sister’ dengan sangat ceria. Akupun menutup telingaku karena mendengar Kak Lina menyanyi “Kenapa sih tutup telinga?” tanya Kak Lina kepadaku. “Lagunya aneh kak. Liriknya enggak jelas. Apa lagi nadanya hii.” Jawabku. Kak Lina segera berlalu dari hadapanku menuju kamarnya. ‘kenapa sih aku lahir dari keluarga pecinta lagu’ kataku dalam hati. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti bulan. Aku masih saja membenci music. Sampai akhirnya aku akan mengadakan acara kelulusan 3 bulan lagi. Berhubung aku dan teman-temanku sudah melewati ujian nasional. Karena aku dipaksa menyanyi untuk perpisahan oleh teman-teman, guru, dan keluargaku, akupun menjadi kesal dan melarikan diri dari rumah. Ya peristiwa itu terjadi seperti ini. Hari itu hari Sasha (Selasa) tepat sehari setelah ujian nasional, ketua kelasku Andro berteriak didepan kelas “Hai teman – teman semua dengarkan  aku sekarang. Ada info penting banget nih. Karena 3 bulan lagi acara kelulusan akan diadakan, setiap kelas harus menampilkan acara-acara yang sudah ditentukan oleh panitia. Diantaranya : dance, drama, pertunjukan ensemble, pantomime, dan menyanyi perorang. Aku sudah  menentukan pembagiannya ditulis!” perintah Andro yang kemudian menulis di papan tulis .

Pembagian Penampilan
1.      Dance                : Dias, Lintang, Angela, Saskia, Melanie, Anita, Angel, Anna, dan Bella
2.      Drama          : Dea, Andro, Chika, Andi, Leo, Amir, Figo, Vira, Lita, Kalya, Evelyn, Jonathan, Wendy, Donna, dan Reza. Membuat drama bebas
3.      Ensemble         : Melody, Kaka, Nadia, Sella, Jona, Aan, Jo, Gana, Nanda, dan Sinta
4.      Pantomim        : Eka, Allan, Matthew, Jerry, dan Jerico
5.      Menyanyi        : Amanda

Melihat namaku ditulis dipapan tulis untuk menyanyi tunggal, aku segera protes kepada Andro “Eh Ndro kok aku menyanyi tunggal sih. kan kamu tau aku enggak suka menyanyi.” “Ya mau gimana lagi aku acak nama pakai kertas kok. Ya kamu lagi beruntung nih dapet nyanyi. Udah lah Man jalanin aja dulu nanti kamu juga suka.” “Heh…. Kamu nyebelin banget sih!” kataku menjawab perkataan Andro sambil setengah marah. “Udahlah Man yang sabar aja” kata Bella “Tapi Bell, kamu kan tau aku enggak suka menyanyi.” “Ya aku tau tapi mau gimana lagi Man?” jawab Bella “Iya Man bener itu yang dibilang sama Bella.” Sambung Dias “Tapi kan Di.” Sebelum aku menyelesaikan perkataanku, Dea sudah menyalip “Udah lah Man.” Melihat jawaban dari teman-temanku itu aku hanya merenung. Sampai dirumah, aku menyeret tas punggungku. Melihatku seperti ini,  mamaku menghampiriku yang akan naik kelantai 2 untuk berbaring dikamar. “Hai Man. Adapanih kok kayaknya lagi bete?” tanya mamaku
“Mama aku disuruh nyanyi tunggal sama Andro buatperpisahan 3 bulan lagi.” Jawabku dengan nada sedikit kesal “Bagus dong Man. Kamu kan jadi bisa nyanyi nanti.” Jawab mamaku balik “Ih… mamatu.” Kemudian aku berlalu dari hadapan mama dan masuk kekamarku sambil membanting pintu kamarku. Aku segera berganti baju kaus putih bertuliskan Perfect Cute Girl dengan celana pendek berwarna hijau dan berbaring di kasurku yang empuk. “He’eh kenapa sih Andro enggak mau ganti aku!” nyebelin banget sih” gerutuku sambil menyobek-nyobek kertas yang aku bawa. Karena terlalu capek, akupun akhirnya tertidur. Aku bangun pukul 3 sore kemudian turun untuk makan karena dari tadi aku belum makan. Dengan perasaanku yang masih kesal, aku turun dengan kembali membanting pintu kamarku. Kakakku kak Lina sedang asik menonton TV, papa sedang membaca koran, dan mamaku sedang memasak. Aku duduk di meja makan dan mengambil jatah makan siangku. “Hem… lezat ayamnya besar banget. Wow ada frozen yoghurt juga, hem… dan ini yang aku suka minumannya milk-shake coklat. Mari makan.” Kataku spontan. Saat aku sedang melahap frozen yoghurtku, Kak Lina yang sedang menonton TV menghampiriku “Eh Man. Kakak denger katanya kamu mau nyanyi tunggal buat perpisahan 3 bulan lagi ya?” kata Kak Lina “Kakak tahu dari mana?” tanyaku sedikit kaget. “Dari mamalah siapa lagi?” “Emang iya aku nyanyi. Tapi aku kesel banget. Sudah tau aku enggak suka nyanyi. Masih aja disuruh nyanyi.” Jawabku kesal “ya baguslah kan kamu jadi bisa nyanyi. Iya enggak Pa?” kata kak Lina “Bener itu man yang dibilang kakak kamu. Udah jalanin aja dulu.” Sambung papaku yang masih membaca koran. “Ih kenapa sih semua nyuruh aku biar suka nyanyi? Kan aku sudah bilang kalo aku enggak suka menyanyi! Enggak usah maksa dong!” jawabku kesal. Setelah berbicara aku segera naik kekamarku dan kembali membanting pintu kamarku. “Baju, alat tulis, handphone, sepatu, sandal, dompet, kartu ATM, cemilan, power bank, tablet,alat mandi. Ok keputusanku sudah bulat.” Kataku setelah memasukan barang-barangku kedalam koper dan taskecilku. Aku keluar dari kamardan segera turun. Sampai di ruang keluarga, tidak ada satupun anggota keluargaku. Oh iya aku belum bilang ini awal perjalananku kabur dari rumah. Setelah berhasil keluar dari rumah, kemudian aku melewatti pagar dengan mudah. Setelah itu, aku mencegat taxi dan naik taxi itu “Mau kemana?” tanya supir taxi perempuan itu yang sangat ramah. “Ke kota kak. Ke terminal pusat.” Jawabku singkat. Supir taxi itu segera melaju mobilnya. Akhirnya aku sampai ke terminal pusat dengan waktu  ±15 menit. Setelah membayar taxi, aku bingung mau pergi kemana. “Heeh semua nyebelin sudah tau aku enggak suka nyanyi masih saja dipaksa.” Gerutuku sendiri. Tanpa sadar, tiba-tiba aku sudah menaiki bus jurusan Big Advantures City yang jarak dari BBC ke sana sekitar 150 km. mungkin jika di Indonesia bisa diibaratkan dari Jogjakarta ke Semarang mungkin ya. Ok kita lanjut ke cerita. Setelah naik kedalam bis, aku duduk di bagian anak-anak. Ya memang bis ini ada daerahnya sendiri. Dilantai bawah untuk anak-anak dan perempuan, jika laki-laki dilantai atas. Memang, bis ini dilengkapi dengan 2 lantai. Aku duduk dibagianpinggir dekat jendela. Disebalahku kosong. Karena perjalanan yang lama, akupun tertidur selama 30 menit. Saat aku terbangun, disebelahku sudah ditempati anak perempuan seumuran denganku yang wajahnya seperti pernah aku lihat. Kemudian aku mencoba berkenalan dengan anak itu “Hai… perkenalkan namaku Amanda. Dari BBC. boleh kenalan enggak?’ mendengar suaraku, anak itupun berbalik arah. Dan ternyata…… “Kamu Amanda dari BBC? A… ak…aku.. aku Shania. Iya aku Shania tetangga lama kamu.” “What? Apa? Kamu Shania?” tanyaku gagap. “Iya aku Shania. Shania Ananda.” Jawab anak yang bernama Shania itu. “Ih kita kok bisa ketemu ya?” kataku setelah berpelukan dengan Shania. “Takdir mungkin? Oh iya ngomong-ngomong kamu ngapain dateng ke sini. BAC dan BBCkan jaraknya jauh banget?” tanya Shania “Em.. uh… itu… anu… ak… aku.. lagi jalan-jalan aja” jawabku gagap. “Terus keluargamu mana?” tanya Shania yang mulai curiga dengan sikapku. ‘Aduh gimananih? kataku dalam hati sambil menggigit bibir bawahku “Oi… keluargamu mana Man?” tanya Shania lagi. “Em…. Keluargaku lagi di…” jawabku gagap. “Dimana?” tanya Shania lagi “O..orang tuaku dirumah.” Jawabku pelan dan kepala menunduk. “Apa? Jadi kamu kesini sendirian? Kenapa? Kamu lagi ada masalah sama keluargamu?” tanya Sshania lagi. Aku hanya menunduk sambil menganggukan kepalaku dan sedikit menangis. Shaniapun memelukku dan mengusap punggungku agar aku tenang. “Terus kamu mau tinggal dimana?” tanya Shania. “Enggak tau.” Kataku yang sudah tenang. “Bagaimana jika kamu sementara tinggal dirumah aku?” tawar Shania. “Eh enggak usah Shan.” Jawabku “Enggak papa kok Man.” Tawar Shania lagi. Dengan twrpaksa akupunmenerima tawaran Shania tersebut.

Saat aku dan Shania sampai di rumah Shania, kami langsung masuk kedalam kamar Shania. Karena orang tua Shania sedang bekerja, jadi kami membuat roti isi untuk pengganjal perut kami yang lapar. Setelah makan, kami kembali ke kamar Shania. “Man, sebenarnya kamu ada masalah apa sih sama keluarga kamu?” tanya Shania “Gini lo Shan, kamu tahukan aku enggak suka musik apalagi nyanyi.” Jawabku. “Terus masalahnya apa?” tanya Shania lagi. Aku menarik nafas panjang dan mulai bercerita. “Tiga bulan lagi sekolahku mengadakan perpisahan. Terus setiap kelas bikin pertunjukkan. Terus aku diminta untuk nyanyi tunggal. Waktu aku minta saran dari keluargaku, keluargaku bukannya bantu cari solusi tapi memaksa aku untuk ikut.” “Kenapa kamu enggak perotes sama yang nyuruh kamu nyanyi?” tanya Shania “Aku sudah protes.  Tapi katanya dia acak nama pake kertas.” Jawabku “Gini aja Man. Aku nanti ada les nyanyi. Gimana kalo kamu ikut. Disana ada banyak orang. Yang ngajarin itu Kak Siska. Tetangga belakang rumah kamu dulu.” Terang Shania panjang lebar. “HAH?! Kak Siska? Wah…. Boleh-boleh. Tapi aku enggak punya uang.” Kataku. “Tenang aja kan ada aku.” Kata Shania. Saat kami sedang bercanda, tiba-tiba terdengar suara mama Intan. Mama Intan itu namanua mamanya Shania loh. “Shania, kamu dimana?” tanya mama Intan. “Aku diatas ma. Ada Amanda lo ma.” Kata Shania menjawab pertanyaan mamanya. Mama Shaniapun segera naik dan masuk kedalam kamar Shania “Loh kok ada Amanda?” tanya mama intan kepadaku sambil berpelukan “Ya gitudeh tante. Tante aku boleh enggak ikut Shania les nyanyi?” tanyaku pada mama Intan “Ya boleh dong Amanda. Boleh banget.” Jawab Mama Intan. “Makasih tante.” Jawabku senang “Tante bboleh enggak aku tinggal disini beberapa lama?” tanyaku lanjut “Boleh kok. Orang tua kamu tahu enggak?” tanya mama Intan “Tante, aku kesini soalnya lagi ada maslah sama keluarga aku. Tolongjangan kasih tau ya tante.” Sambungku kepada mama Intan. “Iya-iya. ya udah siap-siap. Sekarang sudah pukul 16.00 nanti kita berangkat les pukul 16.30. kan mulainya pukul 17.15.” kata Mama Intan “Baiklah ma.” Jawab Shania. Aku mandi duluan ya Man.” Sambung Shania. “Iya. cepetan ya.” Jawabku “Iya.” aku segera menyiapkan baju yang aku bawa dari rumah. Setelah menunggu Shania ±10 menit, aku segera masuk kekamar mandi dan mandi ±7 menit. Shania menggunakan kaos berwarna hijau bertuliskan Healty for Life dan luarnya  menggunakan rompi berwarna putih dengan bahan jeans dan berkancing pita dengan bawahan celana jeans hitam polos dan sepatu kets putih dengan gambar kupu-kupu. Rambutnya yang panjang diikat kuda dengan pita berwarna perak. Sedangkan aku menggunakan kaos berwarna ungu muda dengan celana putih polos dan sepatu kets kotak-kotak putih abu-abu muda. Rambut panjangku aku jepit dengan jepit rambut pita berwarna putih di rambut sebelah kanan rambutku saja. “Man udah pukul 17.20 nih. Yuk cepat turun. Kita makan dulu baru berangkat.” Kata Shania. “Iya sebentar.” Aku segera memasukkan handphond, buku diary, tablet, dan dompet milikku kedalam tas putih selempang berukuran kecil yang aku bawa dari rumah. “Ya udah yuk Shan.” Ajakku pada Shania. Kami segera turun dan pergi ke meja makan. “Wow makanannya ayam panggang dan minumnya milk-shake coklat. Semuanya enak. Trimakasih mama.” Kata Shania. “Trimakasih kembali. Ayo dimakan, Shania, Amanda.” Kata Mama Intan “Iya tante makasih.” Jawabku. Aku, Shania, dan Mama Intan makan dengan lahap. Tepat pukul 17.30 kami semua berangkat. Ternyata tempat kes itu sangat bagus. Ada banyak alat musik dan ada juga area bermain untuk anak-anak yang sedang menunggu waktu les, istirahat, atau menunggu saat belum dijemput. Disana, aku belajar menyanyi dengan senag. Kenapa? Karena disana teman-temannya baik dan mendukungkudalam bernyanyi. Tapi ada satu anak bernama Lina. Dia memiliki 2 sahabat bernama Mala dan Citra. Mereka itu anaknya sombong. Mereka juga meremehkan aku saat aku pertama bernyanyi disitu. Ya tentu karena suaraku yang sumbang-sumbang enggak jelas. Saat aku sedang menunggu dijemput, aku mengeluarkan tabletku. “Shan tolong dong ini tabletku suaranya enggak mau keluar kalo aku lagi main Tample Tun2.” Tanyaku pada Shania. “Sini coba aku lihat.” Kata Shania sambil mengotak-atik tabletku. “Gitu aja eenggak bisa. Percuma tabletnya bagus tapi enggak tahu cara makeknya.” Kata Lina yang tiba-tiba datang “ya iyalah Lin enggak bisa. Itukan tabletnya nyuri.” Sambung Mala yang diikuti tawa dari Citra dan Lina. “kalian itu kenapa sih hobinya gangguin orang terus.” Bentak Shania kepada Lina dan teman-temannya. “Ih suka-suka dong emangnya kamu siapa ganggu-ganggu kita.” Jawab Citra dengan nada menyindir. “Ih suka-suka. Ya udah yuk kita pergi males ada anak kampungan.” Sambung  Lina kemudian berlalu dari hadapanku dan Shania. “Shan itu anaknya kok nyebelin banget sih?” tanyaku dengan sedikit kesal. “Sudahlah biarin aja. Nah ini yang salah Man. Nah nih udah bener.” Kata Shania sambil mengembalikan tabletku “Makasih Shan.” Setelah kami dijemput, kami segera masuk kedalam mobil Shania.


 Selama ±2 bulan aku tinggal dirumah Shania. Mama Intan juga sudah tahu apa masalahku. Ya siapa lagi yang kasih tahu kalo bukan Shania. Saat aku dan Shania sedang menonton TV, tiba-tiba aku teringat tentang perpisahan disekolahku. “Shan 4 hari lagi aku ada acara perpisahan.” Kataku pada Shania “Oh iya. terus kamu gimana?” jawab Shania “Enggak tahu deh.” Jawabku lesu. “Kamu terima aja Man. Kamukan sudah bisa menyanyi.” Kata mama Intan dari dapur. “Iya Man bener yang dibilang mama.” Sambung Shania ‘kasihan juga sih nanti enggak ada yang nyanyi. Juga pasti orang tuaku nyariin aku’ kataku dalam hati “Oke aku akan pulang dan ikut perpisahan. Lusa aku berangkat. Aku siap-siap dulu.” Kataku pada Shania. Aku segera naik kekamar Shania dan mulai membereskan barang-barangku. Hari yang aku tunggupun tiba. Saatnya aku pulang. Setelah membawa barang-barangku turun, aku pulang diantar Mama Intan dan Shania. Sampai didepan rumahku, aku segera turun dan berpelukan dengan Shania dan mama Intan. “Makasih ya Shan sudah mau dukung aku selama ini.” Kataku pada Shania dengan nada menahan air mata. “Iya Man sama-sama.” Jawab Shania kamipun berpelukan kembali dan tangisan kamipun pecah saat itu juga. “Tante makasih ya selama ini sudah bolehin aku numpang dirumah. Maaf ya tante kadang aku bikin tante repot.” Kataku pada Mama Itan. “Iya enggak papa kok man.” Jawab Mama intan. Kami semua berpelukan dengan air mata. Akupun melepas Shania dari luar gerbang rumahku. ‘Krek’ aku  membuka gerbang rumahku. Digerbang rumah tampak penjaga gerbang rumahku sedang tidur. Aku melewati gerbang dengan santai. Aku berhenti didepan pintu rumah. Dengan tangan bergemetaran aku hendak memegang ganggang rumahku. Dengan perasaan campur aduk, aku mulai mendorong pintu rumah ‘Krek’ saat aku membuka pintu rumah. Aku melihat keluargaku dan teman-temanku sedang berkumpul diruang keluarga “Mama, Papa, Kak Lina?” tanyaku pelan. Mendengar suaraku mamaku berbalik badan dan berlari dan memelukku “Amanda? Ya ampun sayang kamu kemana aja sih mama khawatir banget.” Kata mamaku sambil memelukku dan menangis (biasa namanya aja sayang anak hehehehehe.). aku hanya tersenyum. Akupun berpelukan dengan sahabat-sahabatku dan juga keluargaku. “Maafya aku enggak bilang mau pergi. Oh iya aku punya kejutan loh buat kalian semua.” Kataku pada keluarga dan teman-temanku setelah aku menaruh tasku dikamar. “Oh ya apa itu?” tanya Dias sahabatku. “Nih dengerinya.” Kataku dan kemudian bernyanyi lagu yang berjudul ‘MyLove Family’ lagu ciptaanku dan Shania. Setelah aku selesai menyanyi, mamakupun memelukku dan menagis terharu “ya ampun Man, makasih nak” kata mamaku sambil menangis iya ma. Setelah itu, aku mengajak teman-temanku naik kekamarku. Disana aku menelpon Andro bahwa aku sudah kembali dan siap menyanyi untuk perpisahan.
Hari ini hari Minggu. Hari yang ditunggupun tiba. Yups nanti pukul 18.00 acara perpisahan di halaman sekolahku akan dimulai. Aku bangun pukul 04.00 untuk bersiap-siap. Aku mandi 10 menit. Kemudian aku berdandan. Aku akan menggunakan kaus putih bertuliskan Friend’s dengan rompi hitam dan rok pendek berwarna kotak-kotak merah hitam yang didalamnya ada celana laging hitam polos. Aku menggunakan sepatu kets kotak-kotak hitam putih untuk perpisaan nanti.  Ya meskipun acaranya masih lama, aku tetap bangun pagi karena ingin berlatih. Lagu yang akan aku bawakan ada 3 buah lagu. Yaitu MyLove Family ciptaan aku dan Shania, Love Song, dan Friend’s. sekarang pukul 04.30 saatnya untuk berlari pagi mengelilingi kompleks. Aku memakai kaus putih dan celana pendek berwarna hijau dan memakai sepatu kets polos berwarna putih. Aku membawa handphone dan head-sate untuk mendengarkan lagu. Selama ±50 menit aku berlari. Aku berhenti di taman kompleks untuk istirhat dan membeli minum karena aku lupa membawa minum. Aku berlatih menyanyi sedikit di taman. Saat aku melihat jam tanganku ternyata sekarang sudah pukul 06.00 Wow ternyata aku olahraganya cukup lama. Aku segeraberlari pulang. Aku disambut dengan makanan enak namun sehat. Ada salad buah, roti bakar keju cokelat, dan susu putih segar. Aku menonton televisi untuk beristirahat. Pukul 15.00 aku naik kekamar untuk berlatih menyanyi sebentar. Tepat pukul 16.00 aku mandi. Selesai mandi aku menggunakan baju yang telah kusiapkan tadi pagi. Aku segera turun untuk makan sore. Makanannya ada nasi goreng, Pizza, dan milk-shake cokelat. Selesai makan, aku mengambil handphone dan tabletku dikamar.  Tepat pukul 17.00 aku berangkat dari rumah. Sampai di sekolah, aku cek sound terlebih dahulu. Setelah itu aku turun panggung. Aku melihat ada sahabatku. Kamipun bermain sebelum acara dimulai. 30 menit kemudian acarapun dimulai. Saat aku akan tampil, aku menata pakaianku. ‘Deg.. deg..deg’ yups aku sangat deg-degan “Baiklah kita lihat penampilan selanjudnya dari AMANDA!” kata MC tersebut. Aku segera memasuki panggung dan memulai untuk bernyanyi. “Huh akhirnya selesai” aku berkata pelan. Aku tak menyangka ternyata semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Dari kejauhan aku melihat Shania dan Mama Intan juga Kak Citra dan Papa yang jarang aku temui. Mereka tersenyum kepadaku. “Hem… akhirnya selesai” kataku setelah meninggalkan panggung. Sejak saat itulah aku mulai menyukai bernyanyi dan musik. Ternyata musik itu asik.







Ini ceritaku waktu kelas 5 SD. Aneh ya??